Rabu, 31 Desember 2014

Kejutan dari Finlandia


Siniristilippu (Bahasa Indonesia: Bendera Salib Biru)

                Pendidikan adalah hal yang sangat esensial. Pendidikan bukan lagi kewajiban, melainkan telah menjadi kebutuhan yang sangat disadari masyarakat, tak terkecuali oleh masyarakat di negara kecil seperti Finlandia.

                Tidak banyak orang yang tahu tentang Finlandia. Jangankan mengetahui seluk-beluk kampung halaman Santa Clause ini, namanya saja sudah terlalu asing bagi telinga kita. Walau pun negara kecil dengan penduduk sekitar 5,5 juta jiwa saja, kualitas pendidikan Finlandia menempati peringkat satu di dunia, mengalahkan Amerika Serikat yang notabene adalah negara adikuasa.
                Bagaimana Finlandia bisa menjadi peringkat satu dunia dalam bidang pendidikan? Hal apa saja yang telah dilakukan negara ini sehingga mampu mengalahkan pamor Amerika Serikat? Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar terlontar dari orang-orang yang kagum dan penasaran tentang pesatnya peningkatan mutu pendidikan di negara produsen telepon genggam Nokia ini.
                Pasi Sahlberg, penulis buku Finnish Lesson: What Can the World Learn from Educational Change in Finland? mengungkapkan bahwa pendidikan adalah akar dari segala permasalahan manusia. Bagaimana tidak, sejak dalam kandungan pun kita sudah diberi pendidikan oleh orang tua, terutama ibu kita. Semakin manusia tumbuh, pendidikan harusnya semakin berkualitas agar menghasilkan manusia yang baik pula. Bisa dikatakan, jika input dan prosesnya baik, maka outputnya akan menyesuaikan.
                Finlandia tidak main-main dalam membentuk sistem pendidikannya. Guru sebagai komponen penting dalam pendidikan adalah mereka yang bergelar Master atau S2 dan harus masuk tahap seleksi yang ketat untuk benar-benar bisa menjalankan profesi yang sangat prestis, tidak kalah dengan dokter dan hakim, sehingga gajinya pun tinggi, setara dengan profesi dokter.
                Setelah guru dengan kualitas unggul, Finlandia masih memiliki resep ampuh untuk menjaga kualitas pendidikannya, yakni dengan menerapkan sistem yang unik. Siswa di Finlandia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah (PR). Jika ada, PR tersebut tidak boleh memakan waktu lebih dari 30 menit waktu pengerjaan. Sistem pendidikan di Finlandia juga sangat meminimalkan jumlah tes seperti ulangan harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, try out, bahkan ujian nasional. Guru-guru di Finlandia percaya bahwa semakin banyak tes justru akan menjatuhkan mental siswa, sehingga akan menghancurkan esensi belajar karena siswa hanya akan berorientasi pada hasil tes, bukan pada esensi ilmu yang dipelajari.
                Finlandia tetap memiliki ujian nasional, sama seperti Indonesia. Namun, perbedaannya terletak pada fungsi ujian nasionalnya. Ujian nasional di Indonesia memiliki tiga fungsi, yaitu evaluasi, pemetaan, dan integrasi. Pada fungsi evaluasi, nilai siswa akan digunakan sebagai tolak ukur penentu kelulusan siswa. Berbeda dengan Finlandia yang ujian nasionalnya berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa untuk mengikuti tes di perguruan tinggi tujuan mereka. Jadi, ujian nasional bisa dikatakan sebagai uji coba untuk tes masuk perguruan tinggi.
                Selanjutnya, Finlandia memunyai kurikulum fleksibel yang disebut sebagai Kurikulum Dasar. Menteri Pendidikan Finlandia membebaskan setiap sekolah untuk menggunakan kreativitasnya dalam mengajar, asalkan tujuan belajar dapat dicapai. Jadi, jangan heran jika di setiap sekolah bisa jadi menerapkan cara belajar yang berbeda karena eksekusi kurikulum dasar yang kreatif di setiap sekolah. Berbeda dengan di Indonesia di mana setiap sekolah menerapkan cara belajar yang sama karena hanya menjalankan kurikulum jadi dari pemerintah yang belum tentu sesuai dengan cara belajar anak-anak. Terbukti beberapa kali pemerintah telah mengganti kurikulum demi mencapai hasil belajar yang maksimal.
                Satu lagi yang hebat dari Finlandia. Pemerintah telah membebaskan biaya sekolah dari TK sampai dengan jenjang SMA. Untuk perguruan tinggi, mahasiswa perlu mengeluarkan uang untuk membeli modul kuliah saja, selebihnya biaya ditanggung oleh pemerintah, sehingga bisa dikatakan biaya kuliah pun juga digratiskan. Walau pun pendidikannya gratis, Finlandia tetap menjadi juara dunia yang dibuktikan melalui tes PISA (Programme for International Student Assessment). Universitas Helsinki, universitas di ibukota Finlandia ini juga masuk jajaran 100 universitas unggulan di dunia.
                Indonesia yang jauh lebih kaya di segala aspek dibanding Finlandia harusnya mampu melebihi prestasi yang berhasil dicapai oleh negeri asal Angry Bird tersebut. Pemerintah hanya perlu bertindak lebih bijaksana. Menteri pendidikan seyogyanya bisa lebih introspeksi dengan sistem pendidikan Indonesia selama ini. Koreksi dan cari apa yang salah dari sistem yang diterapkan sehingga kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia.
                Tidak ada salahnya jika Indonesia banyak belajar dari Finlandia. Negala yang semula bergantung pada sektor pertanian, kini mampu menarik perhatian dunia melalui fenomena perubahan sistem pendidikannya yang mengagumkan. Bahkan, Finlandia sering dijadikan sebagai rujukan bagi negara-negara lain seperti Kanada dan Rusia untuk memeroleh referensi belajar yang baik.
                Ayo, Indonesia harus bangkit!

Ratna K. Ramadhani
5 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar