![]() |
Siniristilippu (Bahasa Indonesia: Bendera Salib Biru) |
Pendidikan adalah hal yang sangat esensial. Pendidikan bukan lagi kewajiban, melainkan telah menjadi kebutuhan yang sangat disadari masyarakat, tak terkecuali oleh masyarakat di negara kecil seperti Finlandia.
Tidak banyak
orang yang tahu tentang Finlandia. Jangankan mengetahui seluk-beluk kampung
halaman Santa Clause ini, namanya saja sudah terlalu asing bagi telinga kita.
Walau pun negara kecil dengan penduduk sekitar 5,5 juta jiwa saja, kualitas
pendidikan Finlandia menempati peringkat satu di dunia, mengalahkan Amerika
Serikat yang notabene adalah negara adikuasa.
Bagaimana
Finlandia bisa menjadi peringkat satu dunia dalam bidang pendidikan? Hal apa
saja yang telah dilakukan negara ini sehingga mampu mengalahkan pamor Amerika Serikat?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut wajar terlontar dari orang-orang yang kagum dan
penasaran tentang pesatnya peningkatan mutu pendidikan di negara produsen
telepon genggam Nokia ini.
Pasi Sahlberg,
penulis buku Finnish Lesson: What Can the
World Learn from Educational Change in Finland? mengungkapkan bahwa
pendidikan adalah akar dari segala permasalahan manusia. Bagaimana tidak, sejak
dalam kandungan pun kita sudah diberi pendidikan oleh orang tua, terutama ibu
kita. Semakin manusia tumbuh, pendidikan harusnya semakin berkualitas agar
menghasilkan manusia yang baik pula. Bisa dikatakan, jika input dan prosesnya baik, maka outputnya
akan menyesuaikan.
Finlandia tidak
main-main dalam membentuk sistem pendidikannya. Guru sebagai komponen penting
dalam pendidikan adalah mereka yang bergelar Master atau S2 dan harus masuk
tahap seleksi yang ketat untuk benar-benar bisa menjalankan profesi yang sangat
prestis, tidak kalah dengan dokter dan hakim, sehingga gajinya pun tinggi,
setara dengan profesi dokter.
Setelah guru
dengan kualitas unggul, Finlandia masih memiliki resep ampuh untuk menjaga
kualitas pendidikannya, yakni dengan menerapkan sistem yang unik. Siswa di
Finlandia tidak dibebani dengan pekerjaan rumah (PR). Jika ada, PR tersebut
tidak boleh memakan waktu lebih dari 30 menit waktu pengerjaan. Sistem
pendidikan di Finlandia juga sangat meminimalkan jumlah tes seperti ulangan
harian, ujian tengah semester, ujian akhir semester, try out, bahkan ujian nasional. Guru-guru di Finlandia percaya
bahwa semakin banyak tes justru akan menjatuhkan mental siswa, sehingga akan
menghancurkan esensi belajar karena siswa hanya akan berorientasi pada hasil
tes, bukan pada esensi ilmu yang dipelajari.
Finlandia tetap
memiliki ujian nasional, sama seperti Indonesia. Namun, perbedaannya terletak
pada fungsi ujian nasionalnya. Ujian nasional di Indonesia memiliki tiga
fungsi, yaitu evaluasi, pemetaan, dan integrasi. Pada fungsi evaluasi, nilai
siswa akan digunakan sebagai tolak ukur penentu kelulusan siswa. Berbeda dengan
Finlandia yang ujian nasionalnya berfungsi untuk mengukur kemampuan siswa untuk
mengikuti tes di perguruan tinggi tujuan mereka. Jadi, ujian nasional bisa
dikatakan sebagai uji coba untuk tes masuk perguruan tinggi.
Selanjutnya,
Finlandia memunyai kurikulum fleksibel yang disebut sebagai Kurikulum Dasar.
Menteri Pendidikan Finlandia membebaskan setiap sekolah untuk menggunakan
kreativitasnya dalam mengajar, asalkan tujuan belajar dapat dicapai. Jadi,
jangan heran jika di setiap sekolah bisa jadi menerapkan cara belajar yang
berbeda karena eksekusi kurikulum dasar yang kreatif di setiap sekolah. Berbeda
dengan di Indonesia di mana setiap sekolah menerapkan cara belajar yang sama
karena hanya menjalankan kurikulum jadi dari pemerintah yang belum tentu sesuai
dengan cara belajar anak-anak. Terbukti beberapa kali pemerintah telah
mengganti kurikulum demi mencapai hasil belajar yang maksimal.
Satu lagi yang
hebat dari Finlandia. Pemerintah telah membebaskan biaya sekolah dari TK sampai
dengan jenjang SMA. Untuk perguruan tinggi, mahasiswa perlu mengeluarkan uang
untuk membeli modul kuliah saja, selebihnya biaya ditanggung oleh pemerintah,
sehingga bisa dikatakan biaya kuliah pun juga digratiskan. Walau pun
pendidikannya gratis, Finlandia tetap menjadi juara dunia yang dibuktikan
melalui tes PISA (Programme for International Student Assessment). Universitas
Helsinki, universitas di ibukota Finlandia ini juga masuk jajaran 100
universitas unggulan di dunia.
Indonesia yang
jauh lebih kaya di segala aspek dibanding Finlandia harusnya mampu melebihi
prestasi yang berhasil dicapai oleh negeri asal Angry Bird tersebut. Pemerintah hanya perlu bertindak lebih
bijaksana. Menteri pendidikan seyogyanya bisa lebih introspeksi dengan sistem
pendidikan Indonesia selama ini. Koreksi dan cari apa yang salah dari sistem
yang diterapkan sehingga kualitas sumber daya manusia Indonesia masih tergolong
rendah jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia.
Tidak ada
salahnya jika Indonesia banyak belajar dari Finlandia. Negala yang semula
bergantung pada sektor pertanian, kini mampu menarik perhatian dunia melalui
fenomena perubahan sistem pendidikannya yang mengagumkan. Bahkan, Finlandia
sering dijadikan sebagai rujukan bagi negara-negara lain seperti Kanada dan Rusia
untuk memeroleh referensi belajar yang baik.
Ayo, Indonesia
harus bangkit!
Ratna K. Ramadhani
5 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar